BRIN Sebut Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Fokus Belajar

2 weeks ago 3
ARTICLE AD BOX
“Program perbaikan gizi anak-anak kita itu penting, karena dengan gizi yang baik, kemampuan otak berkembang, dan anak-anak juga dapat lebih fokus dalam belajar,” kata Trina di Jakarta, Sabtu (2/11) seperti dilansir Antara.

Trina menyebut telah melakukan riset secara komprehensif di berbagai sisi, salah satunya terhadap kehidupan siswa-siswi di Papua, di mana banyak siswa yang datang ke sekolah tanpa sarapan pagi. Kondisi siswa yang belajar dengan perut kosong berpengaruh terhadap fokus belajarnya di sekolah.

Selain itu, kata Trina, terdapat fakta yang menunjukkan adanya anak-anak Indonesia yang menderita stunting, gizi buruk, dan lain sebagainya.
Namun, lanjutnya, tidak sedikit juga siswa yang datang ke sekolah sudah sarapan, bahkan membawa bekal makanan dan uang jajan. “Kondisi keberagaman siswa dan sekolah ini adalah realitas. Oleh karena itu, program ini perlu dilakukan secara hati-hati, cermat dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan masyarakat setempat,” ujarnya.

Trina menyarankan agar Program Makan Bergizi Gratis melibatkan masyarakat lokal dan menggunakan bahan makanan lokal yang bergizi. “Dengan cara ini, efek positif tidak hanya pada anak, tetapi juga berdampak pada orang tua dan masyarakat setempat terkait pendidikan makanan bergizi, kedekatan dan mencintai makanan lokal, serta roda ekonomi masyarakat lokal akan berputar,” ucap Trina Fizzanty.

Presiden RI Prabowo Subianto menekankan Program Makan Bergizi Gratis sebagai salah satu program unggulan yang harus direalisasikan. Oleh karenanya, Badan Gizi Nasional (BGN) dibentuk secara khusus untuk mengakomodasi program tersebut.

Sebelumnya, Kepala BGN Dadan Hindayana memastikan ada ahli gizi yang memantau proporsi gizi hingga pilihan menu untuk program makan bergizi gratis di setiap satuan layanan. “Perlu diketahui bahwa di setiap satuan layanan, kami mewajibkan ada ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi, dan mereka sudah paham standar proporsi gizi untuk anak-anak, baik itu untuk balita, PAUD, SD, sampai SMA, komposisi gizinya mereka tahu,” katanya.

Dadan menegaskan para ahli gizi tersebut tidak hanya berhenti pada memantau kandungan gizi pada setiap makanan, tetapi juga memastikan menu makanan yang diberikan telah sesuai dengan selera sasaran di masing-masing daerah. Mereka juga akan melihat bagaimana kesukaan anak-anak di daerah, sehingga menu yang dibuat di satuan pelayanan itu tidak dibuat begitu saja oleh ahli gizi, tetapi juga melihat dan mengkaji seberapa suka anak-anak terhadap makanan tersebut, karena kita berharap makanan itu benar-benar dimakan, tidak mubazir, kemudian dibuang,” tutur Dadan Hindayana. 7 ant
Read Entire Article